- Pada umumnya para pedagang di pasar tradisional menata dagangan seadanya, belum memperhatikan bagaimana menata dagangan agar dapat menarik pengunjung pasar. Bahkan sekalipun mereka sudah bertahun-tahun berdagang di pasar, namun tidak terlalu peduli terhadap penampilan, dan memperhatikan apakah pengunjung banyak tertarik terhadap penataan barang dagangannya atau tidak. Kebanyakan yang terjadi, para pedagang menata dagangan menjorok ke luar Lapak/Kiosnya dengan alasan tempatnya sudah tidak cukup lagi. Sebagai akibatnya adalah lebar gang/lorong di depan Lapak/Kios menjadi sempit,sulit untuk dilalui oleh para pengunjung dan pasar menjadi sumpek. Banyak sebab yang mengakibatkan hal ini terjadi dan dapat ditelusuri untuk mencari akar penyebab terjadinya permasalahan tersebut. Pada tulisan yang berjudul PASAR TRADISIONAL DAN PERMASALAHANNYA (Tulisan ini dapat diperoleh secara cuma-cuma di rhybudi@yahoo.com) akar penyebab permasalahan penataan dagangan menjadi salah satu bahan tinjauan tentang pasar tradsional yang tampak semrawut.
Sebenarnya masih ada pedagang yang peduli dengan tampilan penataan dagangan yang cukup menarik dan tampak bersih, namun pedagang lain di dekatnya tidak tergerak untuk menirunya. Sebagai salah satu contoh adalah pedagang ikan asin di Pasar Gede Kabupaten Cilacap yang gambarnya tertera berikut di bawah ini. Pedagang yang memiliki dagangan sama jenisnya dengan pedagang di pasar yang sama yang gambarnya tercantum di samping, sudah manata dagangannya dengan rapi karena memang terbiasa dengan kebersihan di rumah. Pedagang ini cenderung tidak mau repot dengan tetangganya, apakah mau menirunya atau tidak. Dalam kondisi demikian diperlukan tindakan Kepala Pasar untuk menjadikan pedagang tersebut menjadi contoh agar para pedagang lainnya belajar mencontoh yang baik. Namun hal ini tampaknya sulit untuk terjadi, sehingga pasar tradisional hingga kini tetap dengan berbagai atributnya yang negatif, sekalipun sebenarnya mempunyai potensi untuk menjadi jauh lebih baik.
Perbaikan penataan barang dagangan dengan menggunakan contoh yang benar, sesungguhnya tidak perlu memulai perjuangan dari nol. Di sini cukup memperkenalkan cara penataan yang sudak baik ke para pedagang lain, seraya memberikan sentuhan pengetahuan tentang penataan dagangan serta tujuannya untuk menarik calon pembeli. Upaya ini harus dilakukan oleh Pihak Pengelola Pasar bersama-sama dengan Paguyuban Pedagang Pasar secara bertahap dan terus menerus. Disadari bahwa semuanya tidak ada yang bersifat instan dan dampaknya terhadap perkembangan pasar tradisional yang bersangkutan secara keseluruhan baru akan nampak 4-5 tahun ke depan.
Pedagang beras berikut ini di Pasar Jember, Kabupaten Kudus menata dagangan di kios dengan memperhatikan luas kios yang diperhitungkan dapat menampung dengan jumlah secukupnya yang ditampilkan (didisplai) dan disimpannya sebagai persediaan sehingga tampilan kiosnya nampak rapi, bersih dan menarik pembeli. .
Pedagang makanan ringan di Pasar Nusukan Solo juga memberikan gambaran bahwa penataan dagangan yang rapi dapat dilakukan oleh setiap pedagang. Langkah ini dapat ditiru oleh pedagang siapapun.
Pedagang sayur di Pasar Nusukan, Solo yang gambarnya tertera di sebelah ini, menunjukkan penataan dagangan sayur mayur yang baik dan menarik. Sebelumnya pedagang ini melakukan proses seleksi, sampahnya yaitu bagian-bagian yang tidak layak dijual dibuang. Proses seleksi ini idealnya dilakukan di luar pasar sebelum ditata di lapak/kios, sehingga dagangan sayur mayur ini tidak menimbulkan sampah di dalam pasar. Proses seleksi ini merupakan proses kontrol kualitas (quality control) dagangan yang apabila dilakukan oleh setiap pedagang secara konsisten dari hari ke hari, maka bukan suatu yang mustahil bahwa pasar tradisional dapat disejajarkan dengan supermarket atau pasar moderen lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar