Senin, 25 Februari 2019

REVITALISASI PASAR DONGKRAK OMZET PEDAGANG



23 Feb 2019, 15:00 WIB

Pemerintah terus merevitalisasi pasar rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan pedagang. Ini dilakukan melalui peningkatan omzet, memudahkan akses transaksi jual beli dengan nyaman, serta mendukung kelancaran logistik dan distribusi. Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Peningkatan Sarana Perdagangan, Eva Yuliana mengatakan, revitalisasi pasar tradisional itu mengacu pada ketentuan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 8152:2015.

 Dengan revitalisasi pasar rakyat ada beberapa keuntungan yang didapat. Pertama, bisa memberikan pelayanan kepada konsumen yang lebih layak dan nyaman dalam berbelanja. "Penjual juga lebih nyaman dalam menjual dagangannya," ujar Eva.‎ Revitalisasi juga mampu meningkatkan daya beli masyarakat. Pemerintah akan terus mendorong dan meningkatkan jumlah revitalisasi pasar di Indonesia. "Jadi tidak hanya fisiknya, tetapi bagaimana mengajarkan pengetahuan pengelolaan pasar. Setelah manajemen direvitalisasi maka yang diharapkan adalah memperpendek mata rantai antara produsen dan penjual,".‎ Wartawan: Septian Deny.

Minggu, 24 Februari 2019

REVITALISASI PASAR RAKYAT HANYA FISIK MALAH TAMBAH BEBAN PEDAGANG
 

21 Februari 2019 - 18:16 WIB

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (IKAPPI), Abdullah Mansuri menilai, menilai upaya pemerintah merevitalisasi 4.211 pasar rakyat sepanjang 2015-2018 belum berdampak signifikan terhadap daya saing dan kualitas pasar rakyat. Selama ini pemerintah cenderung memfokuskan diri kepada pembangunan fisik. Sisi nonfisik justru diabaikan. Akibatnya, revitalisasi pasar tidak menambah baik minat pedagang maupun pembeli untuk berniaga di pasar yang baru.

Sekjen Asosiasi  Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), M. Maulana mengatakan, banyak masalah yang dialami oleh para pedagang di pasar rakyat yang telah direvitalisasi. “Misalnya dalam hal retribusi, para pedagang sangat sering tidak diajak diskusi dan sosialisasi mengenai besaran retribusi pascarevitalisasi. Akhirnya sering kali mereka menilai pasar yang telah direvitalisasi justru menimbulkan beban baru bagi mereka.” Di sisi lain, pemerintah juga belum menjamah persoalan nonfisik yang lebih krusial di pasar rakyat. Salah satunya, terkait masih panjangnya rantai distribusi barang dari produsen menuju pedagang pasar. Wartawan: Yustinus Andri.
FOKUS REVITALISASI PASAR BERUBAH 



Bisnis Indonesia, Hal 22 (Kamis, 21 Februari 2019)

Pemerintah mengubah prioritas program revitalisasi pasar pada tahun ini guna merealisasikan target ambisius untuk meremajakan total 5.000 pasar tradisional pada 2015-2019. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Tjahya Widayanti mengatakan pada tahun ini program revitalisasi pasar akan lebih difokuskan untuk pasar rakyat tipe D. Ditargetkan sebanyak 1.030 pasar rakyat dapat diremajakan pada tahun ini. Adapun, anggaran yang disediakan untuk mengemban tugas tersebut adalah Rp1,1 triliun. “Beberapa tahun yang lalu, program revitalisasi pasar yang kami lakukan lebih banyak menyasar pasar tipe C daripada tipe D. Namun, dengan dana yang relatif terbatas saat ini serta target yang harus dicapai, tahun ini kami akan lebih banyak merevitalisasi tipe D”.

Perubahan fokus program revitalisasi pasar mulai tahun ini akan memengaruhi misi utama pemerintah dalam meningkatkan kualitas dari pasar rakyat. Pasalnya, selain melakukan pembangunan secara fisik, pemerintah dituntut untuk memperkuat sisi nonfisik dari pasar rakyat yang direvitalisasi itu. “Kami juga membangun dari sisi nonfisik. Ini kelihatan dari rata-rata pasar yang kami revitalisasi omzetnya naik 20%. Kami juga telah melakukan pelatihan terhadap lebih dari 800 pengelola pasar, sehingga ekosistem pasar juga kami perbaiki.” Wartawan: Yustinus Andri.
PADA TAHUN 2019, KEMENDAG BAKAL REVITALISASI 1.037 PASAR RAKYAT



Rakyat Merdeka, Hal 13 (Kamis, 21 Februari 2019)

Kemendag memastikan program revitalisasi pasar masih terus berjalan. Pada tahun ini, Kemendag menargetkan sebanyak 1.037 unit pasar akan direvitalisasi. Jumlah tersebut merupakan sisa program Presiden Jokowi periode 2015-2018 yang menargetkan peremajaan 5.000 pasar di seluruh Indonesia. “Anggaran sekitar Rp1,1 triliun untuk revitalisasi pasar 2019. Diharapkan akan lebih 5.000 pasar yang direvitalisasi. Memang tidak harus 5.000 (pasar) lebih banyak pasti lebih baik. Hingga tahun lalu Kemendag telah merevitalisasi sekitar 4.211 unit(Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag, Tjahya Widayanti)  

Konsep revitalisasi pasar tidak hanya sekedar pembenahan bangunan fisik, tapi juga non fisik yang terkait dengan pengelolaan pasar. Antara lain, revitalisasi manajemen, kemudahan akses permodalan perbankan, dan standar prosedur terhadap pelayanan pasar.

Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri mendukung program revitalisasi pasar. Selain revitalisasi, Mansuri meminta pemerintah menerbitkan aturan perlindungan pasar tradisional. Apalagi, pemerintah sudah lama menjanjikan aturan tersebut. “Dulu kami punya aturan pegangan berupa Perpres 112 Tahun 2007 tentang Penataan, Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Tapi sekarang tidak ada lagi.” Wartawan: KPJ.

Jumat, 22 Februari 2019

DAUR ULANG SAMPAH - MENGOLAH YANG TERSINGKIR JADI BERNILAI

Nino Citra Anugrahanto
Harian Kompas, 23 Februari 2019

Sampah plastik kemasan yang selama ini tersingkir dalam proses daur ulang samaph oleh sekelompok anak muda "disulap menjadi barang-barang bernilai. Usaha berkonsep kewirausahaan sosial ini melibatkan 350 kelompok masyarakat.

Sejumlah tas, kotak pensil, map, dompet, gantungan kunci, hingga bunga imitasi tertata rapi di etalase dan rak yang ada di butik di Jalan Sukoharjo, Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Harga barang-barang dalam balutan warna-warni itu sekitar Rp. 6.000 - Rp 200.000, bergantung pada detailnya.

Sekilas, pengunjung tidak akan mengira barang-barang yang dipajang di ruangan seluas 4 meter X 10 meter itu hasil daur ulang sampah plastik kemasan. Baru jika diperhatikan secara cermat, terlihat di balik balutan warna-warni indah produk kerajinan tangan itu adalah potongan-potonan kecil berbagai bungkus kemasan makanan. 

Adalah Hijrah Purmama Putra (36) dan sejumlah temannya yang menginisiasi pembuatan barang-barang kerajinan dari sampah plastik kemasan tersebut. "Kami memulainya pada tahun 2008. Waktu itu kami sering nongkrong di warung burjo (bubur kacang hijau) atau warung makan mie instan, sering melihat sampah-sampah (kemasan) plastik dibuang begitu saja, kata Hijrah di butiknya, yang dinamai Butik Daur Ulang, Minggu (17/2/2019). 

Hijrah yang pada saat itu kuliah di Fakultas Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia, merasa ilmu tentang pengolahan sampah yang dipelajarinya bisa digunakan untuk menjawab masalah itu. Sampah-sampah tersebut jika dibiarkan pasti hanya akan berakhir di sungai, ditimbun di tanah, atau dibakar karena tidak banyak masyarakat yang tahu cara pengolahannya. Dijual pun tidak laku, beda dengan botol plastik.

"Kalau begitu kan, nanti akan berpengaruh pada kualitas lingkungan. Jadi, kami coba mengedukasi para pemilik warung agar mau mengumpulkan sampah-sampah plastik mereka, tutur Hijrah". 

Sampah plastik tersebut berupa bekas bungkus makanan dan minuman kemasan. Setiap hari Sabtu dan Munggu, Hijrah dan teman-temannya mengambil sampah itu ke warung-warung makan. Setelah dicuci dan dijemur, lalu disimpan di gudang. 

"Dalam satu tahun, gudang kami penuh. Kami mencari lewat Google, sampah plastik ini bisa dijadikan produk apa saja. Dari situ, kami membuat kerajinan tangan, seperti tas dan map, yang kemudian kami pasarkan lewat media sosial. Kebetulan mendapat respons bagus, " kata Hijrah. 

Dalam perjalanan waktu, pesanan selalu datang. Bahkan pada tahun 2010, Hijrah bisa menjual produknya hingga ke Philipina. Kenalannya dalam sebuah pameran, seorang pengunjung asal Philipina, memesan sekitar 50 produk daur ulang, paling banyak berupa  totebag dan map. Harganya mulai dari Rp. 20.000 hingga Rp. 150.000.  

Kewirausahaan sosial
Usaha itu digarap secara lebih serius dengan mengedepankan prinsip kewirausahaan sosial. Masyarakat dilibatkan dengan membentuk bank sampah. Pada saat ini ada 350 kelompok yang menjadi nasabah bank sampah itu dengan 60-80 orang per kelompok.
Anggota kelompok juga digandeng untuk membuat produk daur ulang dan dijual di Butik Daur Ulang. Hasil kreasi masyarakat dibayar di awal agar minat mereka untuk mengelola sampah kian tinggi. Model seperti itu membuat masyarakat termotivasi untuk terus berkreasi dengan mendaur ulang sampah plastik.

"Sebanyak 30 persen keuntungan kami berikan kepada masyarakat. Setiap bulan ada empat-lima lokasi yang kami datangi untuk mengedukasi masyarakat terkait dengan pengelolaan sampah," tutur Hijrah.

Materi yang diberikan berupa pemilahan sampah plastik. Masyarakat diberi tahu bahwa sampah plastik memiliki nilai jual. Dengan pemilihan yang benar, masyarakat bisa menjual sampah plastik yang mereka kumpulkan dalam kondisi rapi dan bersih, ke Butik Daur Ulang dengan harga Rp. 30-Rp70 per lembar.  

Dengan melibatkan masyarakat, kini produknya semakin bervariasi, mencapai 145 jenis dengan jumlah produksi sebanyak 500-600 unit per bulan. Produk yang paling laku adalah map dan goodie bag. Biasanya pemesannya instansi-instansi yang mengadakan seminar. Jika banyak pasangan menikah, Butik Daur Ulang juga kebanjiran pesanan berupa coin purse (dompet koin), pernah mendapat pesanan 1.000 unit.     

Usaha daur ulang sampah juga mulai ditumbuhkan di Kota Bandung, Jawa Barat .Selain diajak mengelola sampah melalui bank sampah, sejak tahun 2018 para ibu rumah tangga dibina membuat kerajinan daur ulang bungkus minuman plastik menjadi taplak meja, tempat tisu, juga keranjang. Sampah yang semula berakhir di tempat pembuanan karena tidak bernilai itu kini bernilai Rp.30.000 hingga Rp. 60.000 per buah.

"Hasil kerajinan dari daur ulang sampah kemasan plastik ini sebagian ditampun atau dibeli oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandun, juga ada sekolah-sekolah yang memesan," kata Dewi Kusmianti yang mendapat tugas dari Dinas Linkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung untuk membina serta mendampingi masyarakat mengelola bank sampah.

Kegiatan ini merupakan bagian dari gerakan bertajuk Kang Pisman, yaitu gerakan masyarakat untuk mengurangi, memisahkan atau memilah, serta mendaur ulang sampah.
       
Tiga mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yaitu: Yusroni (19), Junita Solin (19), dan Nvia Adisti Putri (20) mempunyai cara sendiri untuk mengurangi sampah plastik. Mereka mengembangkan aplikasi bernama Plastic untuk jual beli produk berbasis daur ulang sampah plastik. Ada beberapa jenis limbah daur ulan yang bisa dipasarkan lewat aplikasi yang terus dikembangkan ini, yaitu: kaca, plastik, dan kayu.

Di Denpasar, Bali masyarakat juga bisa memanfaatkan aplikasi Gringgo di telepon genggam untuk mendapatkan informasi lokasi pembuangan sampah dan pengolahan sampah. Aplikasi yang dikembangkan Oliver Pouillon, Co-Founder dan CEO  Gringgo Trash Tech dan rekannya, Febriadi Pratama ini, dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota Denpasar dalam upaya pengelolaan sampah secara swakelola.  
MENGURANGI SAMPAH PLASTIK -
MELEPAS JERATAN CIPTAAN

Harian Kompas, Jum'at, 22 Februari 2019
Ichwan Susanto

Sebagai produk ciptaan manusia, plastik digunakan masyarakat untuk berbagai keperluan sehari-hari. Pemakian aneka jenis plastik itu menghasilkan sampah yang mengancam kehidupan makhluk hidup.

Sejak plastik jenis bakelit dibuat massal pada tahun 1910 oleh Leo Hendrik Baekeland di Amerika Serikat, evolusi berbagai jenis polimer berantai panjang ini berkembang pesat. Kini manusia moderen umumnya memakai plastik untuk berbagai keperluan. Beberapa tahun terakhir, manusia dikejutkan fakta bahwa plastik menjadi sampah tak terkendali.

Sifat plastik yang lentur, awet, tak menghantar listrik, kedap air, tahan panas, dan ringan menjadikannya dominan di sekeliling kehidupan manusia. Mulai dari hal sederhana hingga penggunaan teknologi canggih kini memakai polimer berantai karbon panjang ini.

Kelebihan plastik itu menjadi "bumerang". Karena ringan, plastik mudah berpindah dari daratan ke sungai dan laut. Karena lentur dan awet, plastik termakan mamalia laut, menjebak burung, mengikat penyu dan hiu hingga mati.

Itu plastik berukuran besar. Belum dari sisi plastik berukuran kecil atau mikroplastik, plastik terfragmentasi ataupun plastik dibuat berukuran kecil.

Mikroplastik ditemukan pada makhluk-makhluk yang dimakan manusia, dari copepod (plankton) hingga ikan mengandung mikroplastik dan nanoplastik. Mikroplastik pun mengontaminasi air kemasan dan garam laut. Riset terkini pada warga di enam negara menemukan mikroplastik pada feses manusia. Meski dampak mikroplastik bagi manusia belum teruji klinis, itu menjadi sinyal kontaminasi plastik menyentuh kehidupan langsung manusia. 

Dalam lama www.thetruthaboutcancer.com disebutkan, industri kimia berjanji mengubah dunia dengan plastik dan itu terbukti. Secara sistematis mereka menghancurkan air, tanah, dan tubuh kita karena kandungan kimia dan logam berat pada plastik yang sehari-hari dipakai manusia. 

Setelah itu terjadi, apa yang dilakukan manusia? UN Environment, pada laporan bulan Mei 2018, mencari pengganti plastik. Itu butuh waktu panjang karena setiap jenis plastik punya kekhususan dan fungsinya sulit digantikan oleh bahan material lain.

Di Indonesia, pertarungan melawan plastik belum beranjak dari mengurangi kantong plastik yang diujicobakan di sejumlah kota pada tahun 2016. Inisiatif diambil sejumlah daerah dengan melarang pemakaian kantong plastik di ritel moderen.   

Gubernur Bali menjadi perintis pemerintan daerah yan memiliki aturan plastik sekali pakai pada tangal 21 Desember 2018. Pelarangan kantong plastik styrofoam, dan sedotan diatur lewat Peraturan Gubernur Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Sampah Plastik Sekali Pakai.

Di tingkat kabupaten/kota Banjarmasin melakukannya pada tahun 2016 dan tahun 2018 disusul Balikpapan, Denpasar, serta Kota Bogor yang membatasi penggunaan kanton plastik. Ibukota Jakarta maju-mundur menerapkan kebijakan serupa. 

Pelarangan kantong plastik ini menjadi jalan masuk penyadaran masyarakat bahwa penggunaan plastik berlebihan dan perilaku nyampah berbahaya. Karena membahayakan lingkungan, pencemar atau pengguna kantong plastik agar mengurangi potensi pencemaran.

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia berencana kembali melaksanakan program kantong plastik berbayar yang kini diberi nama Kantong Plastik Tak Gratis (KPTG). Itu sebagai kontribusi peritel terhadap target pemerintah dalam pengurangan 30 persen sampah tahun 2025.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sejak tahun 2018 merangsang inisiatif pemda untuk mengurangi sampah lewat dana insentif daerah (DID). Meski nilai DID untuk pengelolaan sampah tiap daerah relatif kecil, Rp. 9 miliar - Rp 11 miliar, itu diharapkan mendorong pemda serius mengurangi sampah.

Langkah jemput bola Kemenkeu itu disiapkan dengan menyusun cukai kantong plastik. Komunikasi intensif lintas kementerian  dilakukan agar Kemenkeu mendapat persetujuan untuk membentuk peraturan pemerintah.

Namun, penolakan cukai pada kantong plastik secara terbuka didengungkan oleh Kementerian Perindustrian. Alasannya, itu akan berdampak buruk terhadap iklim investasi industri dan bisa memicu inflasi. 

Kemenperin beserta Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia berdalih soal lingkunan terkait plastik sebagai dampak tata kelola persampahan yang buruk. Jadi bukan kesalahan pada plastik. 

Kemenkeu tidak mundur. Dalam APBN 2019, target cukai kantong plastik dipatok Rp. 500 miliar. Itu jauh di bawah cukai rokok yang besarnya Rp. 150 triliun. Jadi, tujuan cukai kantong plastik bukan untuk menambah pendapatan negara, melainkan untuk membatasi pemakaian kantong plastik. 

Masalah sampah tidak bisa mengandalkan perubahan perilaku konsumtif yang dimanjakan oleh pemberian plastik. Perubahan sukarela itu butuh waktu yang amat panjang, sedangkan kondisi bumi kian susah bernapas akibat jeratan plastik.

Hal itu didesakkan agar Kemnterian Lingkungan HIdup dan Kehutanan menuntaskan peta jalan pengurangan sampah plastik oleh produsen yang dibahas sejak enam tahun lalu. Itu seharusnya tidak lagi sulit mengingat perusahaan-perusahaan raksasa penghasil sampah kemasan makanan, minuman, dan kosmetik siap mengurangi penggunaan plastik'

Dengan demikian, kesadaran pengurangan plastik pada industri serta pemerintah daerah dan pusat tinggal dijalankan. Melalui regulasi tegas dan tersosialisasi baik, konsumen diharapkan tidak boros memakai plastik.
PASAR RAKYAT DIREVITALISASI, OMZETNYA NAIK 20 PERSEN



economy.okezone.com


Rabu 20 Februari 2019 - 16:11 WIB
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Tjahya Widayanti mengatakan, salah satu indikator keberhasilan program revitalisasi pasar rakyat adalah peningkatan omzet pasar. Berdasarkan hasil pantauan, omzet dari pasar yang telah direvitalisasi naik sebesar 20%. “Kenaikan omzet mengindikasikan adanya peningkatan pengunjung di pasar tersebut.Hal ini karena pasar rakyat yang sudah direvitalisasi memberikan rasa nyaman dan aman bagi pengunjung untuk berbelanja di pasar tersebut,” 

Untuk mempermudah pemantauan omzet pasar rakyat, maka Kemendag mendukung pengembangan aplikasi daring yang memanfaatkan teknologi digital, yaitu E-Retribusi dan E-Payment. “Pengembangan aplikasi daring ini merupakan transformasi digital pasar rakyat. Dengan melakukan pemantauan omzet secara daring diharapkan dapat membuat sistem kerja pasar rakyat menjadi lebih mudah, tepat, dan efisien,”. 

Selain itu, untuk memberikan apresiasi kepada pasar rakyat dan pengelola pasar rakyat, Kemendag akan menggelar penganugerahan Pasar Rakyat Award. Pemberian penghargaan dijadwalkan berlangsung pada kegiatan peresmian pasar rakyat yang rencananya dibuka Presiden Joko Widodo, di ICE BSD, Tangerang, pada Maret 2019. Wartawan: Retno Tri Wardani.