Rabu, 14 November 2018

IKHTIAR MAGELANG MENGOLAH SAMPAH

Pupuk Kompos dan Pupuk Cair
Ketika aktivitas jual-beli di Pasar Kebon Polo, Magelang  mulai sepi, para petugas kebersihan mulai memilah sampah yang dikumpulkan dari para pedagang di tempat pengolahan sampah pasar. Setiap hari, mulai pukul 15.00, mereka memburu sampah organik untuk dipilah-pilah. Sampah yang terkumpul berkisar 4-6 keranjang per hari. Berat sampah per keranjang mencapai 1 kuintal. setelah sampah organik, sampah an-organik, seperti plastik dan kertas diletakkan dalam keranjang untuk diangkut dan dibuang di tempat pembuangan akhir.

 Sampah organik dipilah lagi. Sampah sayuran dicacah, digiling, lalu ditaruh dalam tong. Tong-tong ini diletakkan di tempat pemrosesan sampah menjadi pupuk organik. Setelah diberi tetes tebu dan zat inokulan untuk mempercepat pembusukan, tong berisi sampah ditutup rapat. Setelah 15 hari, sampah dalam tong akan berubah menjadi pupuk kompos.  Tog-tong ini berfungsi sebagai reaktor, tempat berlangsungnya proses kimia pembusukan (fermentasi).

Selain sampah padar yang dikumpulkan dari pedagang, petugas kebersihan juga mengumpulkan sampah cair sepert air bekas cucian daging, ikan, ayam potong dan air kelapa. Perlu diketahui bahwa letak los basah yang menjual daging, ikan dan ayam potong letaknya di lantai dua di bagian belakang. Air yang berasal dari air bekas cucian mengalir dengan sendirinya ke tempat pemrosesan sampah organik dengan sendirinya, menerapkan prinsip bejana berhubungan yang kemudian ditampung di tong-tong reaktor. Sampah cair dan padat yang berasal dari hasil pembusukan sampah buah-buahan serta bumbu dapur diproses menjadi pupuk cair yang hasilnya ditampung dalam botol-botol plastik bekas kemasan air mineral berukuran 1 liter. Karena yang dibuat adalah pupuk cair, maka sampah buah-buahan dan bumbu dapur tersebut harus direndam dalam air yang kemudian cairannya diambil dan diberi tetes tebu dan inokulan EM4 terus dibiarkan selama 15 hari.

Hasil produksi yang berupa pupuk kompos dan pupuk cair dijual kepada masyarakat sebagai pendapatan pengelola pasar dan sebagian dipakai sebagai pupuk taman-taman di dalam Kota Magelang. Ini sejalan dengan sebutan kota ini sebagai Kota Sejuta Bunga, 

Budidaya Belatung Lalat
Selain mengolah sampah menjadi pupuk kompos dan pupuk cair, pengolahan sampah lainnya dengan mendayagunakan belatung lallat. Di Pasar Rejowinangun, para petugas kebersihan mengembangkan maggot sebagai pemakan sampah organik sayur dan buah. Maggot adalah belatung (larva) lalat. Pada bulan Maret 2018, mereka mulai mengembangbiakan dari 2 kilogram (kg) pupa (kepompong) dan 4 gram telur lalat. Sekitar 1,5 bulan kemudian, mereka berhasil membiakkan belatung dalam empat kotak yang masing-masing berukuran 1,2 X 1 meter persegi. 

Maggot terbukti efektif memakan sampah organik sayur dan buah. Dari tahap awal hanya menghabiskan 5-7 kg sampah kemudian meningkat hingga 30-40 kg sampah. Selama 1 bulan bisa menghabiskan 3 kuintal sampah. Penanganan sampah dengan budidaya maggot dilakukan sebagai bagian dari uji coba inovasi dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Magelang.Inovasi ini dilakukan sejak tahun 2012.

Tulisan ini dikutip dari Harian Kompas, Rabu, 14 November 2018 dengan sedikit imbuhan berdasarkan pengamatan penulis di lokasi yang sama.