Senin, 20 Agustus 2012

PASARKU BUKAN GUDANG



Di kebanyakan pasar tradisional, para pedagang menyimpan banyak barang dagangan, khususnya barang dagangan yang tahan lama melebihi jumlah yang mampu dijualnya selama periode tertentu. Akibatnya, jumlah dagangan menumpuk di lapak/kiosnya dan para pedagang tersebut sulit menatanya agar dapat menarik pembeli. Bahkan, bila seorang pembeli membutuhkannya, pedagang yang bersangkutan sulit mencari di antara tumpukan yang menggunung tersebut. Bukan tidak mungkin, bila barang dagangan tersebut memiliki umur pakai ketika dibeli pelanggannya ternyata sudah mendekati waktu kedaluwarsa.

Kebiasaan membeli barang dagangan secara berlebihan dipicu oleh beberapa faktor, seperti: mumpung ada barang dengan harga murah; ada perasaaan aman apabila memiliki barang dagangan dalam jumlah banyak, karena apabila hanya menyimpan uang, takut habis dibelanjakan bukan untuk keperluan usaha; dan berjaga-jaga jika ada pembeli yang membutuhkan barang jualannya dalam jumlah besar yang sebenarnya hal ini masih jauh kepastiannya.

Pada umumnya, barang-barang yang dibelinya tidak dicatat, tetapi sekadar diingat-ingatnya, kemudian ditumpuknya tanpa melihat waktu pengadaan. Sudah barang tentu prinsip FIFO (First in First Out) secara phisik tidak dipikirkannya, apalagi bila dikaitkan dengan penetapan harga jual. Memang prinsip ini belum pernah didengarnya, apalagi dipahaminya.

Menumpuknya barang dagangan tersebut menyebabkan fungsi lapak/kios bertambah menjadi gudang. Apabila hampir semua pedagang melakukan hal ini, sudah barang tentu pasar terlihat sumpek dan panas, sirkulasi udara terganggu. Ketika pada pedagang tersebut menata (mendisplai) dagangannya, sudah barang tentu luas lapak/kiosnya menjadi tidak cukup lagi dan terpaksa menata dagangan menjorok ke luar lapak/kiosnya, sehingga lorong/gang di depan lapak/kiosnya menjadi sempit dan tidak nayaman dilalui oleh para pengunjung pasar. Terganggunya sirkulasi udrara sehingga suhu udara di dalam pasar memanas, mengakibatkan keinginan para pengunjung pasar untuk berbelanja menurun, termasuk pengaruh "impuls buying" berkurang bahkan hilang. Hal yang berbeda dengan suasana di pasar-pasar moderen, di mana suhu ruangan sekitar 24 derajat Celsius melalui penggunaan air conditioning dibuat nyaman untuk para pengunjung, sehingga minat berbelanja meningkat.

Kedua gambar di samping dan di bawah ini menunjukkan bagaimana pedagang pasar menyimpan barang dagangan secara berlebihan melebihi jumlah yang dapat dijual dalam suatu periode.
Agar para pedagang dapat menyimpan barang dagangan secukupnya sesuai dengan kebutuhan penjualan, maka kepada mereka perlu diperkenalkan pengetahuan tentang Merchandising Management yang sederhana. Kepada mereka diperkenalkan cara menyeimbangkan antara persediaan barang dagangan, kemampuan tempat penyimpanan dan penjualan dalam suatu periode.

Selama suatu periode, mereka harus mengenali kapan terjadi penjualan yang banyak jumlahnya dan kapan sepi pembeli. Apakah ada pelanggan-pelanggan tertentu yang cenderung memesan barang dagangan dalam jumlah besar dalam suatu periode. Di lain pihak, juga perlu mengetahui kapan pada masa-masa tertentu sulit mendapatkan barang dagangan untuk nantinya dikaitkan dengan kapan pembelian terbesar oleh para pelanggan guna menentukan jumlah persediaan barang. Berdasarkan penelitian Lembaga Penelitian SMERU pada tahun 2007 terhadap pasar-pasar tradisional di Kawasan JABODETABEK dan Bandung terungkap bahwa jumlah terbesar pelanggan pedagang pasar tradisional yang diteliti adalah Toko/Warung dan Rumah Tangga. Sehingga di sini para pedagang pasar tradisional perlu memahami perilaku berbelanja kedua kelompok terbesar pelanggan tersebut. Selanjutnya, perlu diketahui berapa lama waktu penyimpanan barang dagangan terkait dengan waktu kedaluwarsa atau perkembangan model atau periode pemakaian yang berlaku. Di samping itu, mereka juga perlu memahami pengertian tentang prinsip FIFO atau LIFO (Last in Last Out) terutama untuk menentukan perhitungan harga jual.

Pengetahuan tentang Mercahndising Management dapat diperoleh dengan mengikuti pelatihan praktis dan singkat selama 2 s/d 3 hari.(materi pelatihan tersedia di rhybudi@yahoo.com).

2 komentar:

  1. Blognya menarik....Semoga makin banyak yang peduli dengan nasib pasar tradisional.....

    BalasHapus