Rabu, 14 November 2012

PENGORGANISASIAN PEDAGANG PASARKU

Pedagang di pasar-pasar tradisional di berbagai daerah pada umumnya berusaha secara indiviual. Bahkan berdasarkan penelitian Lembaga Penelitian SMERU pada tahun 2007 di pasar-pasar tradisional di kawasan JABODETABEK (DKI Jakarta, Depok, Tangerang, Bogor) dan Bandung pesaing utama pedagang di pasar-pasar tradisional adalah sesama pedagang di pasar yang bersangkutan. Sehingga adanya persaingan ini, maka di antara sesama pedagang seringkali sulit menumbuhkan kepercayaan di antara mereka. Bahkan di lapangan, di suatu pasar di kota Klaten di Provinsi Jawa Tengan yang baru saja dibangun kembali, ditemui adanya permintaan sekat di antara lapak-lapak yang saling bertetangga yang dilontarkan oleh para pedagang dengan maksud agar apabila sedang dilakukan tawar menawar pedagang dengan pelanggannya, maka hal ini jangan sampai terdengar atau diketahui oleh pedagang tetangganya. Karena apabila sampai terdengar, maka pedagang tetangganya tersebut dapat menentukan strategi harga yang diterapkan di kalangan pembeli. 

Persaingan yang disertai dengan taktik masing-masing pedagang yang berbau dengan rasa kecurigaan yang  menimbulkan kurangnya rasa percaya di antara sesama pedagang merupakan salah satu penyebab mereka cenderung berusaha secara individual, tidak teroganisir. Kelompok pedagang yang ada di pasar-pasar tradisional yang terbentuk secara tidak sengaja, hanya terdiri dari beberapa pedagang yang biasanya didasari hubungan emosional, seperti masih ada hubungan kekerabatan di antara mereka atau merasar berasal dari suatu daerah (desa, kampung). Di lain pihak, kegiatan usaha  dari para pedagang di pasar-pasar tradisional yang kondisinya stagnan dari waktu ke waktu, salah satu penyebabnya adalah akibat dari mereka yang tidak terorganisir.

Beberapa masalah yang muncul akibat tidak terorganisirnya para pedagang tradisional.adalah munculnya rinternir di pasar-pasar tradisional di berbagai daerah yang sudah jamak terjadi. Pengadaan barang dagangan (kulakan) yang tidak efisien seperti membeli sendiri-sendiri dalam jumlah yang relatif kecil yang harganya berbeda-beda di antara pedagang sekalipun mereka membeli dari pemasok atau lokasi yang sama. Para pemasok yang berposisi sebagai oligopoli memiliki posisi tawar yang jauh lebih kuat dibanding dengan para pembelinya, para pedagang pasar tradisional yang jumlah individunya lebih banyak.

Selanjutnya, para pedagang pasar tradisional yang tidak terorganisir dalam berusaha, hampir dapat dipastikan mereka sulit memenuhi pembeli tunggal yang membeli dalam partai besar, cenderung melayani dalam partai eceran. Sebagai contoh, pasar Keranggan di kota Yogyakarta terkenal dengan kekhasan barang dagangan kue-kue basah. Apabila pembeli (misal pegawai kantor yang ditugasi membeli makanan kecil yang dihidangkan pada saat kantornya mengadakan pertemuan) berkeinginan membeli beberapa jenis kue basah dengan volume pembelian cukup besar, maka pembeli tersebut harus melakukan transaksi dengan beberapa pedagang agar jenis dan volume kue basah yang diinginkannya terpenuhi dan diharapkan mendapatkan harga yang sama untuk masing-masing jenis kue  dari setiap pedagang yang melayaninya. Hal ini tentu pembeli yang bersangkutan memerlukan upaya yang cukup besar dan waktu yang lama. Lain halnya, apabila penjualan kue basah oleh para pedagang tersebut teroganisir, sehingga para pembeli dapat terlayani dengan memuaskan. Lebih baik lagi, apabila para pedagang dapat terorganisir dalam paguyuban pedagang yang menerapkan pelayanan prima kepada para pembelinya. Para pembeli cukup mengangkat telepon untuk melakukan pemesanan dan kemudian pesanan tersebut diantar oleh pihak paguyuban pedagang yang melayaninya. Bahkan paguyuban tersebut dapat menerapkan cara "jemput bola' yaitu mendatangi langsung para calon pembeli di tempatnya dengan membawa brosur dan contoh kue basah agar calon pembeli dapat melihat dan merasakannya. Apabila calon pembeli tersebut memutuskan membeli untuk jenis kue basah dan volumenya, maka informasi ini segera diteruskan kepada paguyuban pedagang untuk disiapkan jenis kue dengan jumlah sesuai dengan permintaan. Pembayaran dapat dilakukan melalui tranfer kerekening bank paguyuban pedagang. 


Pengembangan kehidupan berorganisasi di kalangan para pedagang tradisional sudah merupakan suatu keniscayaan, apalagi memang kita semua menghendaki peningkatan kegiatan usaha para pedagang tradisional di tengah-tengah gempuran pasar-pasar moderen yang berkembang pesat. Di sini diperlukan upaya langsung di tengah-tengah para pedagang untuk membangkitkan kesadaran berorganisasi dan menghilangkan rasa ketidakpercayaan di antara sesama pedagang pasar. Memang mudah untuk berwacana dan sulit melaksanakan upaya yang konkrit untuk mewujudkannya. Namun penulis berpendapat dengan niat yang besar, maka keinginan dari berbagai individu yang berkembang untuk memajukan pasar-pasar tradisional dapat disatukan dan penulis bersedia dengan tulus untuk turut membantu mewujudkannya. Mari kita wujudkan bersama, pasti bisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar